Ciung Mungkal Sumatera
Ciung-Mungkal Sumatera atau Sumatran Cochoa (Cochoa beccarii) merupakan burung endemik pulau Sumatera (endemik Indonesia) yang unik dan menjadi salah satu spesies ‘Most Wanted‘ bagi para peneliti burung Sumatera.
‘Most Wanted’ lantaran banyak peneliti yang ingin menemukan spesies burung langka ini setelah keluar masuk hutan harus rela keluar dengan tangan hampa. Catatan pengamatan terakhir terjadi pada tahun 1995, ketika seorang peneliti dari Jerman hanya berhasil mendengarkan suara kicauannya saja.
Burung Ciung-Mungkal Sumatera (Cochoa beccarii) berukuran besar sekitar 28 cm. Bulu burung ini mempunyai warna dominan hitam mengkilat dengan mahkota, garis sayap dan pangkal ekor berwarna biru. Burung betina berwarna lebih pudar dari yang jantan, dengan pipi dan tenggorokan berwarna kekuningan krem.
Suara burung Ciung-Mungkal Sumatera (Cochoa beccarii) ini sangat khas, menyerupai siulan manusia. Sedikitnya ada dua macam suara kicauan burung ini. Pertama siulan “siiiit” yang tenang, lemah, atau bernada tinggi. Dan kedua suara siulan “sip” pendek yang dikeluarkan sewaktu terbang.
Sebagai hewan endemik Indonesia (Sumatera) burung Ciung-Mungkal Sumatera (Cochoa beccarii) mempunyai daerah persebaran di sekitar Gunung Singgalang, Gunung Kerinci, Berastagi, Tanjung Barus, Barung Baru, Taman Nasional Kerinci Seblat, Gunung Dempo dan beberapa lokasi di kawasan Pegunungan Bukit Barisan Selatan. Hidup di habitat hutan dengan ketinggian 1200 – 1600 m dpl.
Meskipun bukan termasuk satwa yang dilindungi oleh hukum Indonesia, burung langka ini tercatat dalam database birdlife dan IUCN Redlist dalam status vurnerable atau rentan punah. Populasinya diperkirakan sekitar 3.900-7.800 individu. (sayang banget yach...)
0 komentar:
Posting Komentar